Upaya Perlawanan bangsa Indonesia secara fisik dan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan, Sejarah Indonesia KD 3.2 kelas 11 K13


1. Perjuangan Fisik

A. Pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Pertempuran di Surabaya tidak lepas kaitannya dengan peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak 2 September 1945.Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya.Mereka ditugaskan oleh Panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interminan sekutu.Pemimpin pasukan sekutu menemui Gubernur K.A. Soerjo (pemegang pemerintahan Indonesia di Jawa Timur), namun pemerintah Jawa Timur enggan menerima kedatangan mereka. Setelah diadakan pertemuan antara wakil pemerintah RI dengan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby, pertemuan itu menghasilkan kesepakatan antara lain:

a.) Inggris berjanji bahwa di antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman

b.) Disetujui kerjasama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman

c.) Akan segera di bentuk Kontak Biro agar kerjasama dapat teraksana sebaik-baiknya

d.) Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja

Oleh karena itu, pihak RI memperkenankan tentara Inggris memasuki kota, dengan syarat hanya objek-objek yang sesuai dengan tugasnya yang boleh di duduki. Tetapi, pihak Inggris mengingkari janjinya. Tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, 1 peleton Field Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel AL Belanda) bersama dengan kawan-kawannya yang kemudian di lanjutkan dengan menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio dan objek-objek vital lainnya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pukul 11.00, pesawat terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat warga Jawa Timur menyerahkan senjata yang di rampas dari Jepang. Namun, Brigadir Jendral Mallaby mengaku tidak tahu atas pamflet-pamflet tersebut dan ia berpendirian bahwa sekalipun sudah ada perjanjian dengan pemerintah RI, ia akan melaksanakan tindakan sesuai dengan isi pamflet-pamflet tersebut. Sikap ini menghilangkan kepercayaan pemerintah RI kepadanya.P

Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara pihak pemuda melawan Inggris.Kontak senjata ini meluas pada tanggal 28-30 Oktober 1945. Dalam pertempuran ini, pasukan sekutu dapat di pukul mundur  dan di hancurkan. Beberapa objek vital berhasil di rebut kembali oleh para pemuda. Bahkan pemimpin pasukan sekutu Inggris, Brigadir Jendral Mallaby berhasil ditawan oleh para pemuda.Tanggal 30 Oktober 1945, Soekarno, Moh.Hatta dan Amir Syariffudin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan tersebut.Perdamaian berhasil dicapai. Tetapi setelah Soekarno , Hatta dan Amir kembali ke Jakarta, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi dan menyebabkan terbunuhnya Brigadir Jendral Mallaby.

Pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman bahwa Inggris akan menggempur kota Surabaya dar laut, darat dan udara apabila orang-orang Indonesia tidak mentaati perintah Inggris. Inggris juga mengeluarkan intruksinya, yang berisi: “. . . . bahwa semua pemimpin bangsa Indonesia dan semua pihak di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 dengan membawa bendera Merah Putih yang diletakkan di atas tanah pada jarak 100m dari tempat berdiri lalu mengangkat tangan tanda menyerah. Namun, ultimatum tersebut tidak ditaati oleh rakyat Indonesia di Surabaya, sehingga tepat pada tanggal 10 November 1945 terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat. (I Wayan Badrika, 2003, hal 249-251)

B. Pertempuran Ambarawa-Magelang

Terjadi pada tanggal 20 November 1945 – 15 Desember 1945, antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan Inggris.Peristiwa ini berlatar belakang karena adanya insiden di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 yang berlangsung di Semarang.Pihak RI memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.Tetapi kedatangan pasukan Inggris diikuti oleh NICA yang kemudian mempersenjatai para bekas tawanan tersebut. Pada tanggal 26 November  1945, terjadi insiden di Magelang yang larut menjadi pertempuran antara TKR dengan sekutu. Insiden tersebut berhenti ketika Presiden Soekarno dan Brigadir Jendral Bethell datang ke Magelang untuk mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan dalam 12 pasal pada tanggal 2 November 1945.

Pihak sekutu ternyata mengingkari janji.Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran antar TKR dibawah pimpinan Mayor Sumarto dan tentara sekutu.Namun pada tanggal 22 November 1945, pasukan sekutu melakukan pemboman terhadap kampong-kampung di sekitar Ambarawa. Pasukan TKR bersama pasukan pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartasura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan dan membelah kota Ambarawa. Sementara itu, dari arah Magelang, pasukan TKR dari Divisi V/Purwokerto dibawah pimpinan Imam Adrogi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945, dengan tujuan untuk memukul mundur pasukan sekutu.

Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan dari Purwokerto, Letnan Kolonel Isdiman gugur.Setelah mempelajari situasi pertempuran,tanggal 11 November 1945, Kolonel Sudirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan masing-masing komandan sektor.Maka, pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan-pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam, kota Ambarawa berhasil dikepung dan akan dikepung selama 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.  Pertempuran Ambarawa ini memiliki arti penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka bisa mengancam 3 kota utama di Jawa Tengah yaitu Surakarta, Magelang, dan terutama Yogyakarta yang merupakan tempat kedudukan araks tertinggi TKR. (I Wayan Badrika, 2003, hal 251-253)

C. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jendral T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara.Pendaratan tersebut diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Pada tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan yang berawal dari ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih. Akibatnya, hotel tersebut diserang dan dirusak oleh kalangan pemuda.Dalam insiden ini, sebagian besar berasal dari kalangan NICA.

Sementaraitu tanggal 10 Oktober 1945, terbentuk TKR Sumatra Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir. Selain TKR, terbentuk pula badan-badan perjuangan. Setalah keluarnya Maklumat Pemerintah tentang terbentuknya partai-partai politik, di Sumatra terbentuk lascar-laskar partai.PNI memiliki Napindo, PKI mempunyai Barisan Merah, Masyumi memiliki Hizbullah, dan Parkindo membentuk Pemuda Parkindo.Tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” di pinggiran-pinggiran kota Medan. Sejak saat itu Medan Area menjadi terkenal.Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Trepes.

Dengan peristiwa tersebut, Brigadir Jendral T.E.D. Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjatanya, dan kalau tidak akan ditembak mati. Bulan April 1945, tentara Inggris sudah mulai mendesak pemerintah RI agar keluar kota Medan. Gubernur Markas Besar Divisi TKR, dan walikota pindah ke Pematang Siantar. Dengan demikian Inggris berhasil menduduki kota Medan.

Tanggal 10 Agustus 1946, diadakan pertemuan di Tebing Tinggi antara komando pasukan yang berjuang di Medan Area yang bernama “Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area”, terdiri 4 sektor dan tiap sektor dibagi 4 subsektor. Markas ini berkedudukan di Sudi Mengerti, Trepes. (I Wayan Badrika, 2003, hal 253-254)

D. Pertempuran Bandung lautan api

Sekutu (Inggris) memasuki kota Bandung sejak pertengahan bulan Oktober 1945. November 1945, NICA semakin merajalela di Bandung. Jebolnya bendungan sungai Cikapundung pada malam hari tanggal 25 November 1945 ditengah-tengah situasi panas akibat akan dibelahnya Bandung menjadi 2, yaitu pasukan sekutu daerah Bandung Utara dan bagian Selatan daerah RI, menimbulkan bencana banjir besar dalam kota.

Sesuai garis politik diplomasi pihak RI mengosongkan Bandung utara. Tetapi, akibat sekutu menuntut pengosongan sejauh 11 km, dari Bandung Selatan meletus pertempuran dan aksi bumi hangus disegenap penjuru kota. Tanggal 23 dan 24 Maret 1946 penduduk meninggalkan Bandung yang telah menjadi lautan api. Peristiwa ini diabadikan dalam lagu “ Halo-halo Bandung”. Tokoh pertempuran Bandung ini antara lain Aruji Kartawinata, Pemuda Sutoko, Nawawi Alib, Kolonel Hidayat, Otto Iskandardinata, Kolonel A.H Nasution (Panglima Divisi III Jawa Barat).

Sementaraa itu, benteng NICA di Dayeuh Kolot, Bandung Selatan dikepung pejuang Bandung sebagai taktik menghancurkan daerah itu. Lalu, muncul pemuda Toha yang siap berjibaku menghancurkan gudang mesiu NICA dan membawa alat peledak.
(I Wayan Badrika, 2003, hal 254-255)

E. Pertempuran 5 hari di Semarang

Tanggal 15 – 20 Oktober 1945 antara pasukan TKR dengan pasukan Jepang (Pimpinan Mayor Kido) terjadi pertempuran ini. Diawali oleh Jepang meracuni sumber air minum di daerah Candi Semarang. Ketika dr. Karyadi, Kepala Laboratorium Rumah Sakit Semarang, akan memeriksa sumber air ternyata dihalangi Jepang dan ditembak mati. (Tim MGMP Sejarah Kota Surakarta, hal 41)

F. Pertempuran di Sumatera

Disebabkan kebencian masyarakat atas kedatangan Sekutu dengan NICA. Di Aceh, rakyat bersama TKR dibawah pimpinan Teuku Nyak Arief mengadakan perlawanan. Pertempuran juga terjadi di Padang dan Bukit Tinggi. (Tim MGMP Sejarah Kota Surakarta, hal 42)

G. Perang Puputan Bali

Dipimpin I Gusti Ngurah Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Dimulai bulan April 1946 Denpasar. Akibat keterbatasan senjata mereka terdesak dan bertahan di Desa Marga. Di daerah ini, Ngurah Rai mengadakan perang habis-habisan atau Puputan. Perang ini juga disebut Pertempuran Margarana (18 November 1946). (Tim MGMP Sejarah Kota Surakarta, hal 42)

H. Pertempuran Merah Putih Manado

Terjadi tanggal 14 Februari 1946 di Manado. Pemuda dan Laskar Rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pmerintah Belanda di Manado, Tomohon , dan Minahasa. 16 Februari 1946, Pemuda, Laskar, dan Pejuang mengeluarkan selebaran bahwa Manado sudah berada di bawah kekuasaan RI. Lalu mengibarkan bendera Merah Putih selama 1 bulan. Peristiwa ini disebut peristiwa Merah Putih.

I. Pertempuran Sulawesi Selatan

Dipimpin Wolter Monginsidi dan Nona Emmy Soelan.

2. Perjuangan Diplomasi

Setiap kali menderita kekalahan, Letjen Christison, Pemimpin sekutu berusaha mempertemukan pemimpin Indonesia dan Belanda lewat meja perundingan. Beberapa perundingan yang terjadi antara lain :         

A. Perundingan RI-Belanda

Dilaksanakan 10 Februari sampai 12 Maret 1946 di Jakarta. Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir serta Belanda diwakili oleh Clark Kerr dan Lord Killearr. Perundingan ini disetujui kesepakatan sebagai berikut.
a.) Belanda mengakui kedaulatan RI secara de facto atas Jawa dan Sumatera.
b.) Belanda dan RI bekerja sama membentuk RIS.
c.) RIS dan Nederland, Suriname menjadi peserta dalam ikatan negara Belanda.

B. Perundingan di Hooge Veluwe

Dilaksanakan 14-25 April 1946 di Hooge Veluwe, negeri Belanda. Pihak RI di wakili oleh Mr. Soewandi, dr. Soedarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo. Pihak Belanda diwakili oleh H.J. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Van Royen, Van Asbeck, Sultan Hamid II, dan Soerjo Santoso. Penengahnya, sekutu diwakili oleh Clark Kerr.

Belandaa dalam pertemuan ini menolak isi perundingan yang telah dicapai Syahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta (pengakuan kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra diakui Belanda). Perundingan ini tidak membuahkan hasil.

C. Perundingan Malino 15 Juli 1946

Perundingan ini membahas tentang rencana pembentukan negara bagian diwilayah Indonesia yang merupakan negara berbentuk federasi.

D. Perundingan Genjata senjata RI-Sekutu

Perundingan ini dilaksanakan pada 20-30 September 1946 di Jakarta. Indonesia diwakili oleh Jendral Mayor Soedibyo. Indonesia mengajukan 5 usulan kepada sekutu Lord Killearn yang berisi:
a.) Diadakan genjatan senjata secara total, baik darat, laut, maupun udara.
b.) Penghentian masuknya pasukan Belanda ke Indonesia.
c.) Adanya jaminan bahwa sekutu tidak akan menyerahkan senjata rampasan dari Jepang kepada Belanda.
d.) Adanya kebebasan memakai jalan raya bagi warga Indonesia.
e.) Pemulangan orang Jepang, baik militer maupun sipil.
f.) Usulan ini ditolak sekutu sehingga perundingan ini tidak mencapai hasil.

E. Perundingan Linggarjati

Perundingan ini dilaksanakan di Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat. Indonesia diwakili oleh Perdana Mentri Sutan Syahrir dan Belanda diwakili oleh Van Mook. Hasil perundingan ini ditanda tangani tanggal 25 Maret 1947, yang berisi:

1. Belanda mengakui kedaulatan RI secara defacto atas Jawa, Sumtra dan Madura. Belanda harus meninggalkan daerah defacto paling lambat tanggal 1 Januri 1949.

2. RI dan Belanda bekerja sama dalam membentuk RIS, diantara salah satu bagiannya.

3. RIS dan Belanda bersatu menjadi Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepalanya.

Posting Komentar

0 Komentar